Bayi ngorok saat tidur adalah kondisi yang wajar pada minggu awal kelahirannya. Kondisi ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan oleh para orang tua karena salurang nafas bayi yang masih sempit dan banyak berisi lendir. Namun suara dengkuran pada bayi tersebut juga bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan lain yang perlu diwaspadai.
5 Penyebab Umum Bayi Ngorok Saat Tidur yang Perlu Diwaspadai
Bayi ngorok saat tidur dikarenakan saluran pernafasan yang masih berisi lendir kemudian menghasilkan getaran pada saat bayi bernafas. Getaran ini kemudian menghasilkan bunyi yang kemudian disebut ngorok. Sebenarnya, kondisi ini akan menghilang dengan sendirinya setelah saluran nafas bayi telah berkembang dan bayi sudah bisa menelan ludah.
Ketika bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih dan masih terus mendengkur selama tidur, bisa jadi ada gangguan yang perlu diperhatikan. Berikut penjelasannya:
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Kondisi ini terjadi dikarenakan terjadinya infeksi di saluran pernapasan atas yang meliputi hidung, tenggorokan, rongga sinus hingga pita suara (epiglotis). Masalah ini biasa dipicu oleh infeksi virus, seperti rhinovirus, adenovirus, virus coxsackie, parainfluenza hingga RSV. Namun tak menutup pula kemungkinan infeksi dipicu oleh bakteri.
2. Sekat Hidung yang Miring (Deviasi Septum)
Tulang Septum memberi sekat hidung dan membagi lubang dan saluran hidung menjadi kiri dan kanan. Pada kasus tertentu, tulang ini miring ke salah satu sisi hingga membuat salah satu saluran pernafasan di hidung jadi terganggu. Kondisi ini akan membuat bayi bernafas hanya dengan 1 sisi lubang hidung hingga tak menutup kemungkinan membuatnya mendengkur saat tidur.
3. Laringomalasia
Laringomalasia adalah gangguan proses pembentukan jaringan tulang rawan di laring atau di bagian tenggorokan bayi. Kondisi ini dapat membuat laring bayi jadi lebih lemah. Parahnya lagi, hal ini dapat membuat sebagian jalan nafas jadi menutup sebagian.
Lebih dari itu, kondisi ini juga membuat nafas bayi jadi lebih berisik hingga mendengkur pada saat ia tidur. Salah satu tanda yang paling mudah dilihat adalah terlihatnya cekungan di leher, tepatnya di bagian atas lekukan tulang dada, pada saat bayi menarik nafas. Tentu saja, kondisi ini perlu mendapat perhatian dari orang tua.
Saat bayi berusia 2 tahun ke atas, kondisi laringomalasia ini umumnya dapat berangsur-angsur hilang. Meski begitu, laringomalasia ini juga bisa memicu gangguan makan, kesulitan bernapas hingga masalah saat ia minum ASI. Pada kasus parah, bayi perlu mendapatkan alat bantu pernafasan atau dilakukan operasi rekonstruktif.
4. Sleep Apnea dan Kelainan Lain
Gangguan tidur juga bisa dialami oleh bayi prematur. Ya, bayi yang terlahir dengan berat badan rendah memiliki risiko gangguan kesehatan yang lebih rawan. Hal ini karena batang otak yang bertugas untuk mengatur pernapasan masih belum terbentuk secara optimal.
Ada pula faktor seperti kelainan bawaan lahir yang juga bisa memicu gangguan tidur, misalnya kelainan pada saluran pernapasan hingga kelainan refluks asam lambung. Gangguan apnea tidur membuat penderitanya mengalami henti nafas sekitar 15–20 detik ketika tidur. Momen yang singkat ini tentunya sudah cukup menjadi alasan agar para orang tua selalu waspada pada kondisi bayinya.
5. Pembengkakan pada Kelenjar Amandel
Penyebab ngorok pada bayi lainnya yang juga perlu mendapat perhatian adalah kondisi radang tonsil (amandel) dan adenoid. Kedua kondisi peradangan ini biasanya dipicu oleh infeksi virus maupun bakteri. Selain ngorok, radang amandel juga bisa membuat bayi mengalami peningkatan produksi air liur, bayi tidak mau menyusu, demam dan rasa sakit yang membuatnya menjadi rewel.
Kesimpulan
Jadi, bayi ngorok saat tidur memang bukanlah hal yang harus terlalu dikhawatirkan oleh para orang tua. Namun pada kondisi tertentu, kondisi ini juga perlu mendapat perhatian dan kewaspadaan karena bisa menjadi pertanda akan gangguan kesehatan lain yang lebih serius.